GORONTALO (JM) – Harapan petani di Kecamatan Tolinggula dan Biau, Kabupaten Gorontalo Utara, pupus setelah musim panen kali ini berujung pada kegagalan. Pasalnya, kelangkaan bahan bakar solar membuat mesin panen tidak dapat beroperasi, sehingga hasil padi yang seharusnya menjadi sumber penghidupan justru terbuang percuma.
Kondisi ini menyebabkan kerugian besar bagi masyarakat petani yang sudah berbulan-bulan merawat tanaman padi mereka. Di tengah situasi sulit, kelangkaan solar bukan hanya memutus rantai produksi, tetapi juga mengancam target pemerintah dalam mencapai swasembada pangan.

Alat mesin panen Petani di Tolinggula
“Di lapangan kami melihat sendiri bagaimana jerih payah petani sia-sia hanya karena bahan bakar tidak tersedia. Ini ironis, ketika negara bicara soal ketahanan pangan, tetapi petani justru dibiarkan berjuang sendirian,” ungkap Ance Robot, Anggota DPRD Provinsi Gorontalo Fraksi PDIP, saat dimintai tanggapan,Selasa 24/9/2025.
Menurutnya, pemerintah daerah bersama pihak terkait harus segera turun tangan mencari solusi konkret agar distribusi bahan bakar untuk kebutuhan pertanian tidak lagi tersendat.
“Petani adalah ujung tombak pangan kita. Kalau mereka gagal panen, bukan hanya mereka yang rugi, tapi kita semua ikut merasakan dampaknya,” tegasnya.
Masyarakat berharap, kelangkaan solar yang kerap terjadi di wilayah pedesaan bisa segera diatasi. Bagi para petani, ketepatan waktu panen adalah kunci, dan tanpa dukungan pasokan energi, cita-cita swasembada pangan hanya akan menjadi slogan belaka.

























